Tiga menit di malam yang panjang. Ketika kegelapan malam
menembus dinginnya udara . Tertiup begitu deras ketika ku mengingatmu. Ketika
harapan selama tiga menit dalam doaku. Mengharap semuanya terjadi. Ya, Menaruh hati diam-diam
pada seorang lelaki taat dan pintar yang selalu membuat hari-hari ini menjadi
indah dan berwarna.
Tidak menyangka pertemuan tiga menit, menjadikan sebegitu
dekat kami ketika itu. Sayangnya, tidak ada keberanian sama sekai yang aku
tunjukkan untuk mengungkapkan rasa itu. Aku selalu merasa puas dengan apa yang
kulakukan. Melihatnya dari jauh dan mendoakannya selama tiga menit dalam malam
panjangku.
Tiga menit dalam empat bulan. Bukankah itu waktu singkat? Ya
benar, tapi waktu itu terasa begitu lama tapi indah saat-saat bersamanya.
Aku masih menyimpan rasaku diam-diam kepadanya. Hingga bulan
berganti bulan, aku semkain melihatnya tampak semakin dewasa. Sedangkan aku
masih saja takut-takut melihatnya. Namun, kau tahu satu yang pasti? Aku masih
mendoakannya dalam malam panjangku dan berharap masi seperti pertemuan tiga
menitku.
Tiga menit untuknya kala itu. Kubisikkan diam dan dalam.
Sungguh ketaatan, perhatian, dan kepintaran membuatku sangat tertarik padanya.
Satu lagi yang pasti, aku berharap semoga ia belum berpasangan dengan wanita
manapun.
Sapaan senyum jika saling berpapasan sungguh membuatku selalu
deg-degan setiap kali mendapatkan senyuman yang kurasa maut itu.
Hingga tiga menit terakhir. Kau datang dan menghampiri. Duduk
bersamaku, dengan wajah berseri-seri kau sampaikan niatmu. Menyampaikan niatmu
untuk menjadikan aku wanita yang akan mengisi kesendirianmu. Sungguh,
ekspresiku saat itu hanya bengong,kaget,campur tidak percaya. Kau tahu betapa
menegangkannya disaat keadaan tidak
siap. Tapi itu hanyalah sebuah cerita. Dalam tiga menitku dalam tulisan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar