Powered By Blogger

Minggu, 10 Februari 2013

Tiga Menit di Malam Panjang


Tiga menit di malam yang panjang. Ketika kegelapan malam menembus dinginnya udara . Tertiup begitu deras ketika ku mengingatmu. Ketika harapan selama tiga menit dalam doaku. Mengharap  semuanya terjadi. Ya, Menaruh hati diam-diam pada seorang lelaki taat dan pintar yang selalu membuat hari-hari ini menjadi indah dan berwarna.

Tidak menyangka pertemuan tiga menit, menjadikan sebegitu dekat kami ketika itu. Sayangnya, tidak ada keberanian sama sekai yang aku tunjukkan untuk mengungkapkan rasa itu. Aku selalu merasa puas dengan apa yang kulakukan. Melihatnya dari jauh dan mendoakannya selama tiga menit dalam malam panjangku.
Tiga menit dalam empat bulan. Bukankah itu waktu singkat? Ya benar, tapi waktu itu terasa begitu lama tapi indah saat-saat bersamanya.

Aku masih menyimpan rasaku diam-diam kepadanya. Hingga bulan berganti bulan, aku semkain melihatnya tampak semakin dewasa. Sedangkan aku masih saja takut-takut melihatnya. Namun, kau tahu satu yang pasti? Aku masih mendoakannya dalam malam panjangku dan berharap masi seperti pertemuan tiga menitku.

Tiga menit untuknya kala itu. Kubisikkan diam dan dalam. Sungguh ketaatan, perhatian, dan kepintaran membuatku sangat tertarik padanya. Satu lagi yang pasti, aku berharap semoga ia belum berpasangan dengan wanita manapun.

Sapaan senyum jika saling berpapasan sungguh membuatku selalu deg-degan setiap kali mendapatkan senyuman yang kurasa maut itu.

Hingga tiga menit  terakhir. Kau datang dan menghampiri. Duduk bersamaku, dengan wajah berseri-seri kau sampaikan niatmu. Menyampaikan niatmu untuk menjadikan aku wanita yang akan mengisi kesendirianmu. Sungguh, ekspresiku saat itu hanya bengong,kaget,campur tidak percaya. Kau tahu betapa menegangkannya disaat keadaan  tidak siap. Tapi itu hanyalah sebuah cerita. Dalam tiga menitku dalam tulisan ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar